Rabu, 11 April 2012

CAP GO MEH

Cap Go Meh melambangkan hari ke-15 dan hari terakhir dari masa perayaan Imlek bagi komunitas kaum migran Tionghoa yang tinggal di luar Cina. Istilah ini berasal dari dialek Hokkian dan secara harafiah berarti hari kelima belas dari bulan pertama. sedangkan lafal dialek Hakka Cang Njiat Pan, artinya pertengahan bulan satu. Di daratan Tiongkok dinamakan Yuan Xiau Jie dalam bahasa Mandarin artinya festival malam bulan satu.
Setiap tanggal 15 malam bulan satu Imlek para petani memasang lampion-lampion yang dinamakan Chau Tian Can di sekeliling ladang untuk mengusir hama dan menakuti binatang-binatang perusak tanaman sementara para wanita beribadah ke klenteng untuk meminta kecantikan dan keberkahan kepada para dewa. Namanya Sembahyang Bulan Purnama. Para wanita berdoa pada dewa agar wajahnya seperti bulan purnama yang indah, mulus, dan manis. Perayaan ini dirayakan dengan berbagai kegiatan.Di Taiwan cap go meh dirayakan sebagai Festival Lampion. Di Asia Tenggara dikenal sebagai hari Valentine Tionghoa, masa ketika wanita-wanita yang belum menikah berkumpul bersama dan melemparkan jeruk ke dalam laut – suatu adat yang berasal dari Penang, Malaysia.
Di samping itu di Indonesia pada hari perayaan cap go meh juga diadakan Khong yang merupakan acara menggotong replika dewa (shen) dengan joli (tandu) dihiasi dengan berbagai asesoris dengan didominasi warna merah dan kuning emas. Tandu ini digotong belasan laki-laki atau khusus wanita. pada acara Gotong Toa Pekong, satu per satu empat patung dewa diarak. Sesuai kepercayaan umat, arak-arakan dewa itu harus dimulai pukul 13.00. Secara berurutan dewa-dewa yang diarak adalah Kong Co (anjing langit) sebagai pembuka jalan, menyusul Cheng Goan Cheng Kun, Ma Kwan Im, dan Ma Copo. Sebelum replika dewa digotong digelar acara ritual oleh para Tangsin (orang pintar) di dalam ruang vihara.
Para Tangsin yang kerasukan dipercaya sebagai media dewa untuk berkomunikasi dengan manusia. Para Tangsin tidak ragu-ragu untuk menggoreskan tubuhnya dengan senjata tajam sampai memotong lidahnya. Tetesan darah diusap dengan kertas dewa (hu) dan kertas ini menjadi rebutan massa karena dipercaya dapat menyembuhkan penyakit, atau membawa keberuntungan. Bahkan, dipercaya sesuai keinginan masing-masing. Seperti mengharapkan jodoh, usahanya supaya maju.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar