Sejarah Lahirnya Perayaan Imlek
Tahun Baru Imlek merupakan perayaan terpenting orang Tionghoa. Perayaan
tahun baru imlek dimulai di hari pertama bulan pertama (Chinese: 正月;
pinyin: zhēng yuè) di penanggalan Tionghoa dan berakhir dengan Cap Go
Meh di tanggal kelima belas (pada saat bulan purnama). Malam tahun baru
imlek dikenal sebagai Chúxī yang berarti “malam pergantian tahun”.
Di
Tiongkok, adat dan tradisi wilayah yang berkaitan dengan perayaan Tahun
Baru Cina sangat beragam. Namun, kesemuanya banyak berbagi tema umum
seperti perjamuan makan malam pada malam Tahun Baru, serta penyulutan
kembang api. Meskipun penanggalan Cina secara tradisional tidak
menggunakan nomor tahun malar, penanggalan Tionghoa di luar Tiongkok
seringkali dinomori dari pemerintahan Huangdi.
Setidaknya
sekarang ada tiga tahun berangka 1 yang digunakan oleh berbagai ahli,
sehingga pada tahun 2009 masehi “Tahun Tionghoa” dapat jadi tahun 4707,
4706, atau 4646. Dirayakan di daerah dengan populasi suku Tionghoa,
Tahun Baru Imlek dianggap sebagai hari libur besar untuk orang Tionghoa.
Sejarah Perayaan Imlek
Asal
Muasal peringatan Tahun Baru Imlek ini pun mempunyai kisah tersendiri.
Zaman dahulu setiap akhir tahun, menjelang pergantian tahun tahun baru,
akan muncul sejenis binatang buas yang namanya “Nian”. Nian adalah
sesosok monster berkepala mirip singa dengan mulut yang amat lebar. Ia
sangat buas dan suka menyedot dan menelan semua makhluk hidup yang
ditemuinya. Keganasan Nian ini tentu saja menakutkan manusia. Nian juga
dikenal sebagai makhluk yang sombong dan suka membaggakan dirinya. Ia
biasanya merajalela setiap akhir tahun, tepatnya tanggal 30 bulan 12
penanggalan Tiongkok. Meneror seluruh penduduk dan memangsa orang dan hewan yang ditemuinya.
Pada
setiap akhir tahun orang-orang tionghoa menempelkan kertas merah di
setiap pintu dan jendela rumah serta menghidupkan petasan yang bersuara
keras. Semuanya itu agar Nian tidak kembali lagi ke bumi, sebab Nian
disebutkan takut pada warna merah dan bunyi-bunyian yang keras,
orang-orang tionghoa memukul beduk, gong dan membakar bambu yang akan
menimbulkan suara ledakan (terakhir ini telah diganti dengan petasan,
setelah diketemukannya mesiu pada dinasti Sung).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar