SEMBAHYANG ARWAH (King Hoo Ping)
Menurut
kepercayaan masyarakat tionghoa di setiap bulan ke 7 penanggalan cina
(Chinese Lunar Calendar) para hantu-hantu akan dibebaskan dari dunia
bawah ke dunia nyata selama satu bulan penuh. Dimana hantu-hantu
tersebut akan makan sebanyak mungkin sebelum mereka kembali ke dunia
bawah di mana mereka akan menderita kembali.
Hantu kelaparan tidak bisa memakan makanan secara fisik. Dikatakan bahwa mereka hanya bisa menghirup aroma dari makan tersebut. Jika anda pernah merasakan makanan yang dibuat dari persembahan sembahyang hantu kelaparan, maka anda akan mendapati makanan tersebut sedikit tidak berasa, sama seperti anda makan dengan menutup hidung anda.
Hantu kelaparan tidak bisa memakan makanan secara fisik. Dikatakan bahwa mereka hanya bisa menghirup aroma dari makan tersebut. Jika anda pernah merasakan makanan yang dibuat dari persembahan sembahyang hantu kelaparan, maka anda akan mendapati makanan tersebut sedikit tidak berasa, sama seperti anda makan dengan menutup hidung anda.
Umat
Budha dari Tibet menggambarkan hantu ini seperti bentuk air mata,
lehernya yang kecil dan perutnya yang besar. Hantu-hantu ini selamanya
kelaparan karena mereka sangat kesakitan ketika makanan melewati
tenggorokan mereka yang kecil akan tetapi mereka harus makan banyak
untuk bisa mengenyangkan perut mereka yang besar. Beberapa menggambarkan
mulut mereka hanya sekecil bola mata dan perutnya sebesar gunung.
Dalam
pelaksanaan upacara, disediakan sesaji berupa makanan, minuman dan
buah-buahan. Sesaji itu untuk mengenang seolah-olah memperlakukan
leluhur ketika masih hidup. Buah-buahan yang disajikan, minimal berupa
pisang dan jeruk. Kedua buah itu memiliki arti sangat penting. Pohon
pisang selalu tumbuh setiap saat dan ada di mana-mana. Dengan harapan,
para umat mendapatkan berkah setiap saat tanpa ada batas waktu. Begitu
pula buah jeruk, buah tersebut memiliki isi yang banyak. Harapannya,
setiap warga yang berdoa selalu mendapat limpahan berkah yang banyak
juga.
Sementara,
makanan lain yang disuguhkan berupa tiga daging. Diantaranya, daging
ayam, ikan laut dan babi. Ketiganya juga memiliki filosofi tersendiri.
Ayam disimbolkan sebagai binatang yang rajin. Mulai pagi hingga sore,
kata dia, ayam selalu berkeliaran yang diartikan sebagai rajin bekerja.
Manusia juga diharap bisa rajin bekerja seperti filosofi ayam.
Begitu
pula ikan laut. Hewan itu diartikan tidak pernah habis kalau dimakan.
Sebab, masih terdapat sisa tulangnya. Maknanya, kalau kita sudah rajin
bekerja dan mendapat keuntungan, maka harus dihemat. Sedangkan, babi
diibaratkan sebagai celengan. Menurutnya, hal itu sebagai simbol bahwa
manusia harus pandai menabung untuk hari tua.
Adapun
makna yang terkandung dalam sembahyang bulan ketujuh tersebut, sebagai
lambang ketakwaan (Shun) manusia sebagai rakyat tuhan (Thian Min) dan
bakti anak terhadap arwah ayah bundanya yang sudah meninggal dunia,
termasuk pula terhadap arwah leluhurnya, arwah teman-teman, serta
arwah umum yang karena satu dan lain hal tidak disembahyangi. Selain
itu juga juga mengingatkan kewajiban untuk bertenggang rasa, membantu
kepada sesama, yang memang membutuhkan bantuan. Usai pelaksanaan
sembahyang ini biasanya diiringi dengan pembagian sejumlah beras beserta
sembako lainnya kepada masyarakat yang kurang mampu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar