Rabu, 11 April 2012

SEMBAHYANG ARWAH (King Hoo Ping)

SEMBAHYANG ARWAH (King Hoo Ping)


Menurut kepercayaan masyarakat tionghoa di setiap bulan ke 7 penanggalan cina (Chinese Lunar Calendar) para hantu-hantu akan dibebaskan dari dunia bawah ke dunia nyata selama satu bulan penuh. Dimana hantu-hantu tersebut akan makan sebanyak mungkin sebelum mereka kembali ke dunia bawah di mana mereka akan menderita kembali.
Hantu kelaparan tidak bisa memakan makanan secara fisik. Dikatakan bahwa mereka hanya bisa menghirup aroma dari makan tersebut. Jika anda pernah merasakan makanan yang dibuat dari persembahan sembahyang hantu kelaparan, maka anda akan mendapati makanan tersebut sedikit tidak berasa, sama seperti anda makan dengan menutup hidung anda.
Umat Budha dari Tibet menggambarkan hantu ini seperti bentuk air mata, lehernya yang kecil dan perutnya yang besar. Hantu-hantu ini selamanya kelaparan karena mereka sangat kesakitan ketika makanan melewati tenggorokan mereka yang kecil akan tetapi mereka harus makan banyak untuk bisa mengenyangkan perut mereka yang besar. Beberapa menggambarkan mulut mereka hanya sekecil bola mata dan perutnya sebesar gunung.
Dalam pelaksanaan upacara, disediakan sesaji berupa makanan, minuman dan buah-buahan. Sesaji itu untuk mengenang seolah-olah memperlakukan leluhur ketika masih hidup. Buah-buahan yang disajikan, minimal berupa pisang dan jeruk. Kedua buah itu memiliki arti sangat penting. Pohon pisang selalu tumbuh setiap saat dan ada di mana-mana. Dengan harapan, para umat mendapatkan berkah setiap saat tanpa ada batas waktu. Begitu pula buah jeruk, buah tersebut memiliki isi yang banyak. Harapannya, setiap warga yang berdoa selalu mendapat limpahan berkah yang banyak juga.
Sementara, makanan lain yang disuguhkan berupa tiga daging. Diantaranya, daging ayam, ikan laut dan babi. Ketiganya juga memiliki filosofi tersendiri. Ayam disimbolkan sebagai binatang yang rajin. Mulai pagi hingga sore, kata dia, ayam selalu berkeliaran yang diartikan sebagai rajin bekerja. Manusia juga diharap bisa rajin bekerja seperti filosofi ayam.
Begitu pula ikan laut. Hewan itu diartikan tidak pernah habis kalau dimakan. Sebab, masih terdapat sisa tulangnya. Maknanya, kalau kita sudah rajin bekerja dan mendapat keuntungan, maka harus dihemat. Sedangkan, babi diibaratkan sebagai celengan. Menurutnya, hal itu sebagai simbol bahwa manusia harus pandai menabung untuk hari tua.
Adapun makna yang terkandung dalam sembahyang bulan ketujuh tersebut, sebagai lambang ketakwaan (Shun) manusia sebagai rakyat tuhan (Thian Min) dan bakti anak terhadap arwah ayah bundanya yang sudah meninggal dunia, termasuk pula terhadap arwah leluhurnya, arwah teman-teman, serta arwah umum yang karena satu dan lain hal tidak disembahyangi. Selain itu juga juga mengingatkan kewajiban untuk bertenggang rasa, membantu kepada sesama, yang memang membutuhkan bantuan. Usai pelaksanaan sembahyang ini biasanya diiringi dengan pembagian sejumlah beras beserta sembako lainnya kepada masyarakat yang kurang mampu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar